makalah kebudayaan betawi kelompok 1
MAKALAH
KEBUDAYAAN ADAT BETAWI
Disusun oleh
: Kelompok 1
1. ADE
AGUSTIAN 10116093
2. ALIFA
SABILLAH 10116605
3. DEKI PANCA PRADILA 11116782
4. HARRIY PRIMA
YULIANTO 13116230
5. MUHAMMAD
HADI S 14116881
6. NAILA MARATUSOLIKHAH 15116290
7. REZKY
AUDIANSYAH PUTRA 18116161
Kelas 1KA14
PROGRAM
STUDI SISTEM INFORMASI
FAKULTAS ILMU KOMPUTER DAN
TEKNOLOGI INFORMASI
UNIVERSITAS GUNADARMA
2016/2017
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum
Warahmatullahi Wabarakatuh,
Segala Puji Syukur kami
panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karna atas rahmat dan karuniaNya
kami dapat menyelesaikan makalah ini.tanpa pertolongan-Nya mungkin kami tidak
akan sanggup menyelesaikan makalah ini dengan baik, shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita Muhammad SAW.
Makalah ini disususn agar
pembaca dapat memperluas ilmu tentang “Kebudayaan Adat Betawi”, yang kami
sajikan dalam pengamatan dari berbagai sumber. Makalah ini disusun oleh kami
degan berbagai rintangan. Baik itu yang datang pada diri kami maupun dari luar.
Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya
makalah ini dapat terselesaikan.
Makalah ini memuat tentang
“Kebudayaan Adat Betawi” yang sangat dekat sekali dalam kehidupan masyarakat
sekitar. Untuk itu kami berharap dengan adanya makalah ini dapat menambah
pengetahan tentang salah satu kebudayaan di indonesia yang hampir sebagian
orang melupakannya
Semoga dengan adanya makalah
ini dapat menjadikan masyarakat yang lebih baik lagi.
Depok, 16 April 207
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata
Penghantar.....................................................................................................
I
Daftar Isi
..............................................................................................................
II
Bab I Pendahuluan
...............................................................................................
1
a. Latar
belakang
..........................................................................................
1
b. Rumusan
Masalah
....................................................................................
2
c. Tujuan
Penulisan
............................................................................
..........2
Bab II Pembahasan .......................................................................................
2
a. Sejarah
Asal Usul Betawi
....................................................................2
b. Upacara
Pernikahan .............................................................................4
c. Rumah adat
........................................................................................6
d. Makanan
Khas Betawi
.........................................................................7
e. Perilaku
dan Sifat Suku Betawi
.............................................................8
f. Kepercayaan Suku Betawi
...................................................................8
g. Seni dan
Kebudayaan Suku Betawi .......................................................9
h. Bahasa
Suku Betawi
..............................................................................9
i. Mata Pencarian
...................................................................................10
Bab III Penutup
.................................................................................................
11
a. Kesimpulan
............................................................................................
11
b. Saran ...................................................................................................... 11
b. Saran ...................................................................................................... 11
Bab IV Lampiran
................................................................................................
12
a. Poin
Wawancara
.....................................................................................
12
b. Daftar Pustaka.........................................................................................12
b. Daftar Pustaka.........................................................................................12
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Manusia adalah makhluk hidup yang diciptakan
oleh tuhan sebagai makhluk sosial dan berbudaya, hal ini dapat kita lihat dari
perkembanganmanusia yang ditandai dengan adanya peradaban -peradaban yang ada
serta budaya yang sudah terbentu.manusia mendiami suatu wilayah yang berbeda.
Hal ini membuat adat istiadat, kebudayaan, dan keperibadian setiap manusia
suatu wilayah berbeda satu dengan yang lainnya. Namun dapat dibedakan secara
garis besar terdapat pembagian tiga wilayah, yaitu: barat, timur tengah, dan
timur.
Indonesia adalah termaksuk ke dalam bangsa
timur, yang dikenal sebagai bangsa yang berkepribadian baik. Bangsa timur telah
dikenal oleh dunia sebagai bangsa yang ramah dan bersahabat. Orang-orang dari
wilayah lain sangan menyukai orang timur dikarenakan keperibadian orang timur
yang tidak individualitas dan saling tolong menolong satu dengan yang lainnya.
Menurut Solo Soemarjan menjelaskan bahwa yang
dimaksud masyarakat adalah manusia yang hidup bersama dan menghasilkan
kebudayaan.dengan demikian tidak ada masyarakat yang tidak mempunyai
kebudayaan. Sebaliknya tidak ada kebudayaan tanpa masyarakat sebagai wadah
pendahulunya. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa masyarakat adalah
orang-orang yang hidup bersama untuk melakukan berbagai kegiatan bagi
kepentingan bersama atau sebagian besar hidupnya berada dalam kehidupan budaya.
Suku Betawi berasal dari hasil kawin antar etnis
dan bangsa di masa lalu secara biologis. Kata Betawi digunakan untuk menyatakan
suku asli yang menghuni di Jakarta dan Bahasa Melayu Kreol adalah bahasa yang
digunakannya, dan juga kebudayaan melayunya adalah kebudayaannya. Kata Betawi
sebenarnya dari kata “Batavia”, yaitu nama kuno Jakarta yang pernah diberikan
oleh Belanda. Jadi, sangatlah menarik bila diteliti secara struktur, proses dan
pertumbuhan sosial suku Betawi mulai dari sejarah, bahasa, kepercayaan, profesi
prilaku, wilayah, seni dan budaya
B. RUMUSAN MASALAH
Dari untaian kata diatas, kami ingin menjelaskan
kepada masyarakat mengenai batasan dan rumusan masalah dalam beberapa point
penting:
1. Bagaimana sejarah asal usul suku Betawi
2. Bagaimana upacara pernikahan dari Suku Betawi
3. Apakah rumah adat betawi
4. Apa saja makanan khas betawi
5. Bagaimana perilaku dan sifat dari Suku Betawi
6. Apa saja kepercayaan Suku Betawi
7. Apa saja seni dan kebudayaan Suku Betawi
8. Apa bahasa yang dipaka Suku Betawi
9. Bagaimana mata pencarian Suku Betawi
C. TUJUAN PENULISAN
Tujuan penulisan dari makalah kami ini adalah
untuk mengetahui secara mendalami dan mengetahui sejarah dari Suku Betawi dari
segala aspeknya. Adapun manfaat dari penulisan kami ini yaitu agar dapat
menambah pengetahuan tentang proses dan pertumbuhan sosial Suku betawi
BAB II
PEMBAHASAN
A. SEJARAH ASAL USUL SUKU BETAWI
Ada tiga pendapat yang menjelaskan tentang sejarah
suku Betawi, yaitu :
1. Pendapat pertama
Pendapat pertama mengatakan bahwa Suku Betawi berasal dari hasil kawin-mawin antaretnis dan bangsa di masa lalu yang didatangkan oleh Belanda ke Batavia. Sehingga etnis betawi disebut sebagai pendatang baru di Jakarta. Kelompok etnis ini lahir dari perpaduan berbagai kelompok seperti orang Sunda, Melayu, Jawa, Arab, Bali, Bugis, Makassar, Ambon, dan Tionghoa.
1. Pendapat pertama
Pendapat pertama mengatakan bahwa Suku Betawi berasal dari hasil kawin-mawin antaretnis dan bangsa di masa lalu yang didatangkan oleh Belanda ke Batavia. Sehingga etnis betawi disebut sebagai pendatang baru di Jakarta. Kelompok etnis ini lahir dari perpaduan berbagai kelompok seperti orang Sunda, Melayu, Jawa, Arab, Bali, Bugis, Makassar, Ambon, dan Tionghoa.
2. Pendapat kedua
Pendapat kedua menurut sejarawan Sagiman MD etnis Betawi telah mendiami Jakarta dan sekitarnya sejak zaman batu baru atau pada zaman Neoliticum. Ia berpendapat bahwa penduduk asli Betawi adalah penduduk Nusa Jawa sebagaimana orang Sunda, Jawa, dan Madura.
Pendapat tersebut juga dipertegas dengan Uka Tjandarasasmita yang mengeluarkan monografinya "Jakarta Raya dan Sekitarnya Dari Zaman Prasejarah Hingga Kerajaan Pajajaran (1977)". Dalam monografinya mengungkapkan bahwa Penduduk Asli Jakarta telah ada pada sekitar tahun 3500 – 3000 SM.
3. Pendapat ketiga
Lance Castles yang pernah melakukan penelitian tentang Penduduk Jakarta dimana Jurnal Penelitiannya diterbitkan tahun 1967 oleh Cornell University yang mengatakan bahwa secara biologis, mereka yang mengaku sebagai orang Betawi adalah keturunan kaum berdarah campuran aneka suku dan bangsa yang didatangkan oleh Belanda ke Batavia. Kelompok etnis ini lahir dari perpaduan berbagai kelompok etnis yang ada di Indonesia (Sunda, Melayu, Jawa, Bali, Bugis, Makassar,dan Ambon) maupun dari luar seperti Arab, India, Tionghoa dan Eropa.
Penelitian yang dilakukan Lance Castles tersebut menitik beratkan pada empat sketsa sejarah yaitu:
1.
Daghregister, yaitu catatan
harian tahun 1673 yang dibuat Belanda yang berdiam di dalam kota benteng
Batavia.
2.
Catatan Thomas Stanford
Raffles dalam History of Java pada tahun 1815.
3.
Catatan penduduk pada
Encyclopaedia van Nederlandsch Indie tahun 1893
4.
Sensus penduduk yang dibuat
pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1930.
Etimologi Betawi
Menurut para ahli dan sejarahwan asal mula kata Betawi mengacu pada pendapat berikut:
1. Pitawi (bahasa Melayu Polynesia Purba) yang artinya larangan. Perkataan ini mengacu pada komplek bangunan yang dihormati di Batu Jaya. Sejarahwan Ridwan Saidi mengaitkan bahwa Kompleks Bangunan di Batu Jaya, Karawang merupakan sebuah Kota Suci yang tertutup, sementara Karawang, merupakan Kota yang terbuka.
2. Betawi (Bahasa Melayu Brunei) di mana kata "Betawi" digunakan untuk menyebut giwang. Nama ini mengacu pada ekskavasi di Babelan, Kabupaten Bekasi, yang banyak ditemukan giwang dari abad ke-11 M.
3. Flora guling Betawi (cassia glauca), famili papilionaceae yang merupakan jenis tanaman perdu yang kayunya bulat seperti guling dan mudah diraut serta kokoh. Dahulu kala jenis batang pohon Betawi banyak digunakan untuk pembuatan gagang senjata keris atau gagang pisau.
Kemungkinan nama Betawi yang berasal dari jenis tanaman pepohonan ada kemungkinan benar. Menurut Sejarahwan Ridwan Saidi Pasalnya, beberapa nama jenis flora selama ini memang digunakan pada pemberian nama tempat atau daerah yang ada di Jakarta, seperti Gambir, Krekot, Bintaro, Grogol dan banyak lagi. "Seperti Kecamatan Makasar, nama ini tak ada hubungannya dengan orang Makassar, melainkan diambil dari jenis rerumputan"
Sehinga Kata "Betawi" bukanlah berasal dari kata "Batavia" (nama lama kota Jakarta pada masa Hindia Belanda), dikarenakan nama Batavia lebih merujuk kepada wilayah asal nenek moyang orang Belanda.
B. UPACARA PERNIKAHAN SUKU
BETAWI
Sebelum diadakan akad nikah
secara adat, terlebih dahulu harus dilakukan rangkaian pra-akad nikah yang
terdiri dari:
1.
Masa dipiare
2.
Acara mandiin calon pengantin
wanita yang dilakukan sehari sebelum akad nikah.
3.
Acara tangas atau acara kum
4. Acara ngerik atau malem pacar.
Setelah
rangkaian tersebut dilaksanakan, tibalah pada pelaksanaan akad nikah. Calon
tuan mantu berangkat menuju rumah calon none mantu dengan membawa rombongan
yang biasa disebut rudat. Mempelai pria dan keluarganya mendatangi kediaman
mempelai wanita dengan menggunakan andong atau delman hias. Kedatangan mempelai
pria dan keluarga tersebut ditandai dengan petasan sebagai sambutan atas
kedatangan mereka. Sedangkan barang yang dibawa pada akad nikah tersebut antara
lain:
1. sirih nanas lamaran
2. sirih nanas hiasan
3. mas kawin
4. miniatur masjid yang berisi
uang belanja
5. sepasang roti buaya
6. sie atau kotak berornamen Cina
untuk tempat sayur dan telor asin
7. jung atau perahu cina yang
menggambarkan arungan bahtera rumah tangga
8. hadiah pelengkap
9. kue penganten
10. kekudang artinya suatu barang atau makanan atau apa saja yang sangat
disenangi oleh none calon mantu sejak kecil sampai dewasa
Pada prosesi ini mempelai pria
betawi tidak boleh sembarangan memasuki kediaman mempelai wanita. Maka, kedua
belah pihak memiliki jagoan-jagoan untuk bertanding, yang dalam upacara adat
dinamakan “Buka Palang Pintu”. Pada prosesi tersebut, terjadi dialog antara
jagoan pria dan jagoan wanita, kemudian ditandai pertandingan silat serta
dilantunkan tembang Zike atau lantunan ayat-ayat Al Quran. Semua itu merupakan
syarat di mana akhirnya mempelai pria diperbolehkan masuk untuk menemui orang
tua mempelai wanita.
Pada saat akad nikah, mempelai
wanita Betawi memakai baju kurung dengan teratai dan selendang sarung songket.
Kepala mempelai wanita dihias sanggul sawi asing serta kembang goyang sebanyak
5 buah, serta hiasan sepasang burung Hong. Kemudian pada dahi mempelai wanita
diberi tanda merah berupa bulan sabit yang menandakan bahwa ia masih gadis saat
menikah.
Sementara itu, mempelai pria
memakai jas Rebet, kain sarung plakat, hem, jas, serta kopiah, ditambah baju
gamis berupa jubah Arab yang dipakai saat resepsi dimulai. Jubah, baju gamis,
dan selendang yang memanjang dari kiri ke kanan serta topi model Alpie berari
harapan agar rumah tangga selalu rukun dan damai.
Setelah upacara pemberian
seserahan dan akad nikah, mempelai pria membuka cadar yang menutupi wajah
pengantin wanita untuk memastikan apakah benar pengantin tersebut adalah
dambaan hatinya atau wanita pilihannya. Kemudian mempelai wanita mencium tangan
mempelai pria. Selanjutnya, kedua mempelai diperbolehkan duduk bersanding di
pelaminan (puade). Pada saat inilah dimulai rangkaian acara yang dikenal dengan
acara kebesaran. Adapun upacara tersebut ditandai dengan tarian kembang Jakarta
untuk menghibur kedua mempelai, lalu disusul dengan pembacaan doa yang berisi
wejangan untuk kedua mempelai dan keluarga kedua belah pihak yang tengah
berbahagia.
Menariknya dalam adat betawi,
setelah pasangan memepelai resmi berstatus suami dan istri, mereka tidak
langsung bisa melakukan hubungan badan. Aturannya ialah sang istri harus jual
mahal terhadap ajakan suami untuk melakukan hubungan intim, sehingga sang suami
harus melwati ‘malem negor’, yakni merayu sampai sang istri luluh hatinya dan
mau diajak masuk kamar. Tak hanya dengan sekadar kata-kata, ‘uang tegor’ pun
menjadi bagian dari bujuk rayu sang suami.
C. RUMAH ADAT BETAWI
Rumah adat Betawi adalah Rumah Kebaya
Rumah Bapang atau sering disebut rumah kebaya. Ciri khas rumah ini adalah teras rumahnya yang luas disanalah ruang tamu dan bale tempat santai pemilik rumah berada, semi terbuka hanya di batasi pagar setinggi 80 cm dan biasanya lantainya lebih tinggi dari permukaan tanah dan terdapat tangga terbuat dari batubata di semen paling banyak 3 anak tangga. Depan dan sekeliling rumah adalah halaman rumah yang luas baru pagar paling luar dari rumah tersebut. Bentuknya sederhana dan terbuat dari kayu dengan ukiran khas betawi dengan bentuk rumah kotak ( dibangun diatas tanah berbetuk kotak). Rumah Bapang terdiri dari ruang tamu, ruang keluarga, ruang tidur, kamar mandi, dapur dan teras extra luas.
Rumah Bapang atau sering disebut rumah kebaya. Ciri khas rumah ini adalah teras rumahnya yang luas disanalah ruang tamu dan bale tempat santai pemilik rumah berada, semi terbuka hanya di batasi pagar setinggi 80 cm dan biasanya lantainya lebih tinggi dari permukaan tanah dan terdapat tangga terbuat dari batubata di semen paling banyak 3 anak tangga. Depan dan sekeliling rumah adalah halaman rumah yang luas baru pagar paling luar dari rumah tersebut. Bentuknya sederhana dan terbuat dari kayu dengan ukiran khas betawi dengan bentuk rumah kotak ( dibangun diatas tanah berbetuk kotak). Rumah Bapang terdiri dari ruang tamu, ruang keluarga, ruang tidur, kamar mandi, dapur dan teras extra luas.
D. MAKANAN KHAS SUKU BETAWI
1. kerak telor
2. Nasi uduk
3. Nasi ulam
4. Ketupat sayur/lontong sayur
5. Gado-gado
6. Ketoprak
7. Semur jengkol
8. Laksa betawi
9. Pindang bandeng
10. Soto betawi
11. Sototangkar
E. PERILAKU SUKU BETAWI
Nilai-nilai kebetawian yang mengakar dalam kehidupan
masyarakat Betawi melahirkan karakter yang tegas dan sabar pada diri orang
Betawi. Walaupun hidup dalam kesusahan, orang Betawi tidak akan menjual
keyakinan mereka. Sesuatu yang telah mereka anut sejak kecil tidak akan mudah
pudar begitu saja hanya karena kesusahan atau iming-iming harta-benda.
Kehidupan bagi orang Betawi adalah sebuah perjuangan dan kerja keras yang terus
berlanjut hingga kematian tiba. Oleh karena itu, karakter pantang menyerah dan
selalu mencari jalan keluar adalah ciri dari orang betawi asli. Dalam mengatasi
masalah hidup menjadi kekuatan tersendiri masyarakat Betawi. Karakter ini juga
melahirkan sifat berani menghadapi tantangan apa pun pada diri orang Betawi
selama mereka meyakini apa yang mereka pilih itu benar. Gambaran lain orang
Betawi adalah sebuah penggambaran watak seorang manusia yang menghargai
kejujuran dan keterbukaan. Kejujuran dan keterbukaan dalam masyarakat Betawi
merupakan hal yang sangat esensial dan tampak dalam keseharian mereka, seperti
terlihat dalam komunikasi mereka sehari-hari. Kejujuran masyarakat Betawi ini
terlihat menonjol pada pola komunikasi mereka yang apa adanya, hampir jarang
ditemui kata-kata untuk memperhalus maksud pembicaraan. Jika mereka mengatakan
Hitam, maka akan dikatakan hitam, putih dikatakan putih, tidak dilebih-lebihkan
atau dikurang-kurangi. Keterbukaan masyarakat Betawi menghadirkan rasa
toleransi yang tinggi mereka terhadap kaum pendatang. Hal ini sudah terjadi
sejak beratus-ratus tahun yang lalu hingga kini. Keterbukaan ini pun membuat
kebudayaan Betawi menjadi semakin semarak dengan masuknya unsur-unsur budaya
kaum pendatang yang berasimilasi dengan kebudayaan Betawi sendiri. Keterbukaan
ini membuat masyarakat Betawi tidak menutup diri terhadap kemajuan dan
perkembangan kebudayaan dunia. Akan tetapi, tentunya hal ini bukan berarti
mereka menerima begitu saja kebudayaan yang dibawa para pendatang itu. Mereka
juga mengkritisi kebudayaan itu sebelum mereka terima dalam keseharian mereka.
Keterbukaan dan kejujuran masyarakat Betawi dalam keseharian ini pun melahirkan
sikap orang Betawi humoris. Hal ini mungkin terjadi untuk menghindari
pertengkaran karena sikap terbuka dan jujur mereka yang mungkin akan melukai
hati orang lain. Dengan humor setidaknya sikap jujur mereka terhadap perbuatan
seseorang yang buruk hanya akan ditanggapi main-main atau hanya bercanda oleh
orang itu, walaupun maksudnya menyindir perbuatan orang itu. Kelucuan
masyarakat Betawi umumnya juga terjadi karena keluguan dan kepolosan sikap
mereka terhadap situasi yang mereka hadapi. Bahkan jika kita memperhatikan
dunia hiburan saat ini, kita bisa mendapati jika model lawakan masyarakat
Betawi banyak dimanfaatkan para komedian Indonesia, misalnya bentuk lawakan
yang mengajak penontot terlibat seperti pada lenong yang dibawakan oleh Bolot,
Malih dan teman-teman yang lainnya. Hal ini bukan hanya karena masyarakat
Betawi memiliki sense of humor yang tinggi, tetapi juga karena model humor
masyarakat Betawi hadir karena kejujuran mereka, bukan dibuat-buat. Selain itu,
model humor Betawi juga mengajak penonton untuk aktif dan terlibat langsung
dalam pertunjukkan mereka, seperti terlihat pada pertunjukkan lenong. Hal lain yang
juga menunjukkan gambaran orang Betawi adalah rasa cinta mereka terhadap bangsa
dan negara.
F. KEPERCAYAAN SUKU BETAWI
Di samping kepercayaan terhadap agama yang
begitu kuat, kelompok-kelompok kecil dalam masyarakat Betawi masih mempercayai
segala hal yang bersikap gaib atau supranatural. Adapun beberapa hal yang masih
diyakini oleh kelompok-kelompok kecil dalam masyarakat Betawi tersebut
diantaranya adalah ; Kepercayaan akan dewa-dewa jahat, kepercayaan akan
makhluk halus baik maupun jahat dan kekuatan-kekuatan lain yang diluar logika.
Oleh sebab itu ada beberapa ritual seringkali dilakukan kelompok-kelompok kecil
masyarakat Betawi ini guna menjaga hubungan antara manusia dengan makhluk
–makhluk gaib diantaranya adalah dengan menggelar berbagai upacara atau
persembahan.[2]
Kepercayaan akan kekuatan gaib juga bisa ditemui
oleh masyarakat Betawi yang menempati beberapa wilayah seperti di Kampung Baru
Kelapa Dua Wetan, Pondok Ranggon, Pasar Rebo, yang mempercayai bahwa setiap
bayi yang dilahirkan selalu didampingi dengan empat saudara kandungnya yang
tidak bisa dilihat dengan mata. Empat saudara kandung masing-masing
dinamai ; Mbok Tutuban, Nyai Gumelar, Urihi dan tali ari-ari sebagai
saudara yang keempat yang disebut Gebleghi. Tali ari-ari ini kemudian dikubur
dan rohnya menjadi penjaga dan pelindung saudaranya yang hidup.
Demi menghormati keempat saudara ini maka dalam
berbagai kesempatan, kelompok-kelompok tertentu dalam komunitas Betawi kerap
member sesajen untuk menghormati keempat saudaranya. Sesajen tersebut dinamakan
ancak dan dipasang di empat penjuru pekarangan rumah ketika sedang menggelar
hajatan seperti pesta perkawinan dan khitanan.
Dalam upacara tradisional juga sering dibacakan
mantra-mantra yang dikenal sebagai ‘ Empat Papat Kelima Pancer ’ Empat papat
berarti empat hal atau manusia hidup harus memperhatikan empat hal yang ada di
sekelilingnya maksudnya empat hal yang ada di penjuru angin termasuk utara,
selatan, barat dan timur. Kelima pancer maksudnya adalah kelima pusat, dari
atas kebawah atau sebaliknya. Kelima Pancer merupakan pencerminan hubungan
antara manusia dengan Tuhan sebagai penciptanya. Empat papat kelima Pancer
berarti pola hubungan manusia dengan sesame secara horizontal dan pola hubungan
manusia dengan Tuhan secara vertikal.
G. SENI DAN KEBDAYAAN BETAWI
Suku Betawi
memiliki kesenian dan kebudayaan yang beragam. Dan berikut kesenian dan
kebudayaan dari masyarakat betawi
1. Rumah adat = rumah kebaya
2. Pakaian adat = untuk laki
laki adalah baju koko, celana batik,kain pelekat
Atau pun sarung yang diikat di leher
serta peci yang
Yang digunakan sedangkan wanita
menggunakan baju
Kurung lengan pendek atau kebaya
Untuk pakaian pernikahan laki-laki
memakai jubah dan
Penutup kepala sedangkan wanita
memakai blus berwrna
Cerah dan bawahnya menggunakan rok
atau yang disebut
Kun yang berwarna gelap dengan
model duyung
3. seni tari = tari topeng.dan
Tari cokek betawi
4. musik = gambang keromong dan tanjidor
5. bela diri = pencak silat, bela diri ini dimainkan oleh dua orang
laki-laki
Dengan menggunakan baju
koko, ikat pnggang khas betawi
Serta peci
6.kesenian = ondel-ondel dan lenong
G. BAHASA SUKU BETAWI
Bahasa Betawi atau Melayu
Dialek Jakarta atau Melayu
Batavia (bew) adalah
sebuah bahasa yang merupakan anak bahasa
dari Melayu. Mereka yang menggunakan bahasa ini dinamakan orang
Betawi. Bahasa ini
hampir seusia dengan nama daerah tempat bahasa ini dikembangkan, yaitu Jakarta.
Bahasa Betawi adalah
bahasa kreol (Siregar, 2005) yang didasarkan
pada bahasa Melayu Pasar ditambah dengan unsur-unsur bahasa
Sunda, bahasa
Bali, bahasa dari Cina
Selatan (terutama bahasa
Hokkian), bahasa
Arab, serta bahasa dari
Eropa, terutama bahasa
Belanda dan bahasa
Portugis. Bahasa ini
pada awalnya dipakai oleh kalangan masyarakat menengah ke bawah pada masa-masa
awal perkembangan Jakarta. Komunitas budak serta pedagang yang paling sering
menggunakannya. Karena berkembang secara alami, tidak ada struktur baku yang
jelas dari bahasa ini yang membedakannya dari bahasa Melayu, meskipun ada
beberapa unsur linguistik penciri yang dapat dipakai, misalnya dari peluruhan
awalan me-, penggunaan
akhiran -in (pengaruh
bahasa Bali), serta peralihan bunyi /a/ terbuka di akhir kata menjadi /e/ atau
/ɛ/ pada beberapa dialek lokal.
F. MATA PENCARIAN MASYRAKAT
BATAWI
masyarakat Betawi asli kebanyakan mencari nafkah
dari hasil bertani dan berkebun. Hasil tani atau hasil kebun kemudian mereka
jual untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Sementara untuk masyarakat
Betawi yang menekuni perkerjaan sebagai petani, mereka akan menanam beberapa
jenis tanaman seperti buah-buahan dan bunga. Buah-buahan yang mereka tanam bisa
berupa; salak, duku, durian, nangka dan melinjo. Sedangkan untuk jenis tanaman
bunga, mereka akan menanam bunga anggrek dan tanaman hias lainnya.
Selain bertani, masyarakat Betawi, juga sebagian ada yang terjun di dunia
dagang diantaranya adalah dengan membuka warung atau berkeliling menjajakan
makanan-makanan khas betawi seperti asinan, tape uli, kerak telor, nasi uduk,
laksa, dodol, gado-gado, sayur asam dan lain sebagainya. Pada umumnya
masyarakat Betawi sekarang hidup mapan dan kecukupan.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan dari kami di atas, maka
kami telah menyimpulkan bahwa kesenian dan kebudayaan Suku Betawi merupakan
kebudayaan asli kota Jakarta dan memiliki jenis musik seperti Gambang Keromong,
Tanjidor. Menggukan bahasa dengan 2 dialek. Dari bidang seni teater terdapat
lenong. Kemudian terdapat cerita rakyat serta Ondel-ondel sebagai pertunjukan
khasnya. Ini membuktikan bahwa tiap daerah yang ada di Indonesia memiliki
budaya daerah masing-masing.
B. SARAN
Kita sebagai
masyarakat indonesia yang memiliki banyak seni budaya dari berbagai wilayah
harus bisa menjaga kelestariannya. Upaya dalam menjaga kelestariannya bukan
hanya dari pemerintah saja tapi peran masyarakat dalam menjaga seni budaya
sangat di butuhkan agar seni budaya dapat terjaga kelestariannya. Dan
kami sangat mengharapkan apapapun yang dilakukan oleh Pemerintah demi upaya modernisasi
Jakarta tetap memperhatikan aspek kelangsungan dan kearifan Budaya Betawi.
BAB IV
Lampiran
a. Poin Poin Wawancara
1.
menurut Anda, apa yang anda ketahui tentang suku Betawi?
2.
Apa yang menjadi ciri khas suku Betawi?
3.
Pada umumnya masyarakat betawi berprofesi sebagai apa?
4.
Perilaku dan sifat orang Betawi?
5.
Tanggapan Anda mengenai terpinggirnya masyarakat Betawi oleh
moderernisasi Jakarta?
b. DAFTAR
PUSTAKA
Komentar
Posting Komentar